5 Senarai MUALAF Yang Berpengaruh Di DUNIA



Seseorang yang baru masuk Islam biasanya kerana pilihan dan mendapat hidayah dari Allah SWT, Biasanya para Muallaf yang Islam karena Hidayah Allah SWT mereka akan selalu benar-benar mendalami ajaran Islam…
MasyaAllah! Berikut ini adalah 5 Muallaf yang paling berpengaruh di dunia. Siapa Sangka Yang Ke 3 Adalah Seorang Muslimah, Siapakah Beliau???
Muallaf adalah sebutan bagi orang yang baru masuk Islam. dan masih awam dalam Ilmu agama Islam, Sedangkan dalam bahasa Arab, Mualaf artinya adalah orang yang berserah diri, tunduk dan pasrah. Seseorang yang baru masuk Islam biasanya karena pilihan dan mendapat hidayah dari Allah SWT, Biasanya para Muallaf yang Islam karena Hidayah Allah SWT mereka akan selalu benar-benar mendalami ajaran Islam.
Berikut ini adalah 5 Muallaf yang paling berpengaruh di dunia:
1. Malcolm X (el-Hajj Malik el-Shabazz)

Malcolm X atau nama Muslim nya el-Hajj Malik el-Shabazz adalah seorang keturunan Afrika-Amerika dan aktivis hak asasi manusia. Malcolm X lahir pada tanggal 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska. Ibunya, Louise Norton Little, seorang ibu rumah tangga sibuk dengan delapan anaknya. Ayahnya, Earl Little, adalah seorang pendeta baptis dan anggota UNIA (Universal Negro Improvement Association) yakni sebuah organisasi yang dirintis oleh Marcos Aurelius Garvey untuk mewadahi perbaikan hidup bagi orang kulit hitam.
Malcolm adalah seorang siswa yang cerdas dan fokus. Namun, ketika seorang guru favorit Malcolm mengatakan impiannya menjadi pengacara adalah sesuatu yang mustahil bagi ras kulit hitam, ia kehilangan ketertarikannya pada sekolah. Ia berhenti sekolah di usia 15 tahun dan menghabiskan beberapa waktu di Boston, Massachusetts bekerja serabutan dan kemudian pergi ke Harlem, New York.
Pada usia 20 tahun ia ditangkap dan dihukum atas tuduhan pencurian, dan Malcolm dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Namun, dari balik tembok penjara ini, dia justru menemukan apa yang dinamakan pencerahan diri, mulai dari membaca dan menulis di dalam penjara Chalestown State. Ketika di penjara, Ia sering mendapat kunjungan dari saudaranya, Hilda yang akhirnya memperkenalkan Malcolm pada ajaran Islam Sunni. Kemudian ia memutuskan untuk masuk Islam dan belajar pada pimpinan Islam sunni pada saat itu, Elijah Muhammad. Berkat Elijah-lah ia memahami ketertindasan dan ketidakadilan yang menimpa ras hitam sepanjang sejarah. Sejak itulah Malcolm X menjadi seorang napi yang kutu buku mulai dari menekuni sastra, agama, bahasa, dan filsafat.
Pada tahun 1964, setelah menunaikan ibadah haji, Malcolm X mendapatkan gambaran yang berbeda atas pandangannya selama ini. Apalagi, setelah berjumpa dengan kaum Muslimin dari seluruh dunia, dari berbagai ras, bangsa, dan warna kulit yang semua memuji Tuhan yang satu dan tidak saling membedakan. Malcolm berkata, ”Pengalaman haji yang saya alami dan lihat sendiri, benar-benar memaksa saya mengubah banyak pola pikir saya sebelumnya dan membuang sebagian pemikiran saya. Hal itu tidaklah sulit bagi saya.”
Kata-kata ini sebagai bukti bahwa dirinya mengubah pandangan hidup, dari memperjuangkan hak sipil orang negro ke gagasan internasionalisme dan humanisme Islam. Malcolm X pun mulai meninggalkan ideologi separatisme kulit hitamnya dan beralih ke ajaran Islam yang sesungguhnya. Ia juga mengganti namanya menjadi el-Hajj Malik el-Shabazz. Kendati berganti nama, Malcolm X jauh lebih populer ketimbang nama barunya. Malcolm menegaskan bahwa kaum Muslim kulit hitam berasal dari leluhur kaum Muslim yang sama. Perjalanan haji, ungkap dia, telah membuka cakrawala berpikirnya dengan menganugerahkan cara pandang baru selama dua pekan di Tanah Suci.
”Saya melihat hal yang tidak pernah saya lihat selama 39 tahun hidup di Amerika Serikat. Saya melihat semua ras dan warna kulit bersaudara dan beribadah kepada satu Tuhan tanpa menyekutukannya. Benar pada masa lalu saya bersikap benci pada semua orang kulit putih. Namun, saya tidak merasa bersalah dengan sikap itu lagi, karena sekarang saya tahu bahwa ada orang kulit putih yang ikhlas dan mau bersaudara dengan orang negro,” (Malcolm X)
Pada 28 Juni 1964 mendirikan Organization of Afro-American Unity di New York. Melalui organisasi ini, ia menerbitkan Muhammad Speaks yang kini diganti menjadi Bilalian News [Muslim Kulit Hitam].
Namun, ia tak sempat lama menikmati usahanya dalam memperjuangkan Islam yang lebih baik lagi. Pada 21 Februari 1965, saat akan memberi ceramah di sebuah hotel di New York, Malcolm X tewas ditembak oleh tiga orang Afro-Amerika. Sebuah kelompok yang dia perjuangkan tentang nilai-nilai dan hak-hak warga kulit hitam. Tak ada yang tahu, apa motif di balik penembakan itu. Tapi, impian Malcolm X untuk menyebarkan visi anti-rasisme dan nilai-nilai Islam yang humanis hingga kini terbilang sangat berhasil.
2. Bilal Philips

Abu Ameenah Bilal Philips, merupakan seorang mualaf yang mengabdikan dirinya pada pendidikan Islam. Ia sangat terpesona pada agama yang dibawa Rasulullah ini hingga mempelajarinya ke Haramain, tanah kelahiran Islam. Setelah mumpuni berislam dari Universitas Madinah dan Universitas King Saud Riyadh, ia pun menjadi dosen teologi Islam bahkan membentuk Islamic Online University yang berpusat di Qatar.
Bilal lahir di Jamaika di tengah keluarga intelek. Kedua orangtuanya merupakan guru, kakeknya bahkan seorang pendeta dan pakar Al Kitab. Tak heran jika Bilal tumbuh menjadi seorang Kristen yang taat. Di usia 11 tahun, Bilal ikut keluarganya pindah ke Kanada. Di kota itulah ia kemudian mengenyam pendidikan dan tumbuh dewasa.
Bilal dan keluarganya sempat pindah ke Malaysia. Disanalah kontak pertama Bilal dengan Islam. Namun Bilal belum tertarik pada agama rahmatan lil alamin ini. Saat itu Bilal masih masih sangat muda dan lebih suka bermain musik rock ketimbang memikirkan agamanya.
Tak lama, ia dan keluarga kembali ke Kanada. Saat Bilal kuliah, pemuda tengah digandrungi pesta ganja. Namun Bilal tak ikut serta, fenomena itu justru membuatnya mengambil pelajaran biokimia disamping kuliah seni yang ia dapat dengan beasiswa.
Pencarian jati diri Bilal belum berakhir, di kampus ia tertarik dengan politik mahasiswa. Ia pun terlibat dalam aksi mahasiswa. Ia pun kemudian belajar sosialisme kemudian tergila-gila dengan Marxis-Leninis. Ia pun kemudian menekuni sosial-pilitik hingga pergi ke California. Ia bergabung dengan para aktivis kulit hitam disana.
Namun Bilal dikecewakan karena teman-temannya merupakan pecandu narkoba. Sikap anti-narkoba Bilal masih berakar kuat. Ia pun beralih haluan dan kembali ke Kanada. Bilal mempelajari ideologi lain. Ia kemudian terpesona pada komunisme di China. Sosialisme rupanya mengakar kuat pada hati Bilal.
Ia pun pergi ke Cina untuk mendapat pelatihan perang gerilya pendukung komunisme. Namun setibanya disana, Bilal merasakan hal sama saat ia bergabung dengan sosialis di California. Hanya saja kali ini bukan narkoba. Teman-teman komunisnya merupakan para perokok berat. Ia pun kembali kecewa. Ia kembali ke Kanada.
Saat kembali ke kampus, salah seorang teman perempuannya di kelompok mahasiswa dikabarkan memeluk Islam. Ia pun kemudian mulai mempelajari ajaran Islam. Ia membaca banyak literatur Islam dan ada satu buku yang memberikannya banyak pengaruh bagi hatinya. Buku tersebut bertajuk “Islam; agama yang disalahpahami” karya Muhammad Qutb.
Tak hanya mempelajari ajarannya, Bilal juga mempelajari sejarahnya. Ia pun terpesona dengan peran muslimin dalam pembebasan negara-negara Afrika dari kolonialisme Eropa. Bilal makin merasakan ketertarikan pada Islam. Ia pun mulai membela Islam hingga kemudian memutuskan bersyahadat. “Aku mulai membela Islam. Akhirnya beberapa introspeksi dan refleksi membuat saya memeluk Islam pada tahun 1972,” ujarnya dalam biografinya di Saudi Gazzette.
Setelah berislam, Bilal ingin menyempurnakan pengetahuannya tentang Islam. Tak puas mempelajari otodidak, Bilal pun memutuskan pergi ke tanah kelahiran Islam, Arab Saudi. “Saya bergabung dengan Universitas Madinah dan mengambil gelar dalam Usoolud Deen (disiplin Islam) pada tahun 1979. Kemudian mengambil MA dalam teologi Islam dari Universitas Riyadh pada tahun 1985 dan menyelesaikan Ph.D., dalam Teologi Islam di tahun 1994,” kata Bilal yang sangat haus mempelajari ilmu.
Setelah menjadi pakar Islam, Bilal pun membagi ilmunya di banyak negara. Ia menjadi guru di Riyadh, menjadi dosen di UEA hingga berdakwah di Filiphina. Enggan membuang waktu, ia pun kemudian membangun kampus sendiri dengan pengajaran online, yakni Islamic Online University yang berpusat di Qatar.
3. Ingrid Mattson


Ingrid Mattson dilahirkan Kitchener, Waterloo, Ontario, Kanada pada 1964. Mattson lahir dari keluarga penganut Katolik Roma yang sangat taat. Waktu kecil dia tumbuh sebagai anak yang rajin melakukan misa harian.
“Saya punya kesalehan kanak-kanak yang polos dan sederhana,” ujar Ingrid dalam buku ‘Seeking Truth Finding Islam (Kisah Empat Mualaf yang Menjadi Duta Islam di Barat) halaman 44.
Meski tumbuh dan besar dalam lingkungan Kristen di Kitchener, Ontario, Kanada, di usianya yang ke 16 tahun, Ingrid justru memutuskan berhenti pergi ke gereja. Saat itu Ingrid sempat menjadi atheis alias tidak mempercayai Tuhan. Ingrid memilih fokus untuk menimba ilmu di Universitas Waterloo dan memilih jurusan Seni dan filsafat. Dan dari situ lah dirinya mengenal cahaya Islam.
Di Departemen Seni Rupa Universitas Waterloo, dia berkelana ke berbagai museum sejarah dan seni. Secara kebetulan, di Museum Louvre yang berada di tengah Kota Paris, dia berkenalan dengan beberapa Muslimah dari Senegal.
Mattson terpesona dengan ketulusan dan martabat yang dia lihat dari diri teman-teman Muslimnya itu. Bahkan di saat para muslim tersebut menghadapi prasangka buruk di sekelilingnya. Hal itulah yang kemudian membawanya untuk mempelajari Al-quran. “Mereka punya kebijaksanaan yang seimbang,” ujarnya.
Sejak saat itu, Mattson mulai menggali tentang ketuhanan dan kepribadian Muhammad melalui Alquran terjemahan. Yang membuatnya semakin tertarik dengan Islam adalah semua umat Muhammad tidak hanya mengikutinya dalam hal beribadah, tetapi juga di dalam semua aspek kehidupan, mulai dari kebersihan diri sampai pada cara bersikap terhadap anak-anak dan tetangga.
Di tahun 1986, dia lalu memutuskan bersyahadat dan menjadi muslimah. Dia pun menukar pakaiannya dengan busana muslimah lengkap dengan jilbab. Saat itu usianya 23 tahun.
Saat pertama kali salat, Mattson sangat terkejut oleh perasaan kedekatan dengan Tuhan yang telah hilang sejak remaja dari dalam dirinya. “Tuhan tidak lagi ada di gereja, tetapi ada di mana-mana. Dia ada di alam, seni dan wajah-wajah muslimah yang ikhlas,” ujar Mattson.
Pada tahun 1987, Mattson lalu memutuskan pergi ke Pakistan untuk menjadi relawan kemanusiaan. Selama berada di Pakistan, Mattson akhirnya menemukan seorang pemuda yang juga menjadi relawan, Aamer Atek, seorang insinyur asal Mesir. Merasa sehati, keduanya memutuskan menikah.
Mattson mendapatkan gelar Ph.D. di studi Islam dari Universitas Chicago pada tahun 1999. Dia terus menjadi sangat aktif dalam mendidik Muslim Kanada untuk menjadi partisipan aktif dalam masyarakat Kanada pada umumnya.
Pada tahun 2001 Mattson terpilih menjadi Wakil Presiden ISNA. Selama menjadi wakil, Mattson dinyatakan memiliki reputasi dan nilai yang sempurna. Hal itulah yang kemudian pada tahun 2006 menghantarkannya terpilih sebagai presiden wanita pertama dalam organisasi itu.
Nama Ingrid Mattson sempat menjadi topik pembicaraan hangat di berbagai media Barat. Hal ini lantaran namanya masuk dalam daftar salah satu tokoh yang diundang pada inagurasi Barack Obama, setelah kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat itu menang dalam pemilu.
Saat itu, Mattson masih menjabat sebagai presiden Komunitas Islam Amerika Utara (ISNA) merupakan salah satu pemimpin agama yang akan berbicara pada acara doa yang digelar di Cathedral Nasional di Washington DC, sehari setelah pelantikan Obama sebagai presiden AS ke-44.
Undangan yang ditujukan kepada Mattson ini menuai kontroversi publik Amerika. Sebab, yang bersangkutan dicurigai jaksa federal terkait dengan jaringan teroris. Seperti diketahui, pada Juli 2007, jaksa federal di Dallas, mengajukan tuntutan kepada ISNA karena diduga memiliki jaringan dengan Hamas organisasi Islam di Palestina yang dikelompokkan Pemerintah AS sebagai organisasi teroris.
Namun, baik Mattson maupun organisasinya tidak pernah dihukum. Jaksa hanya menyatakan memiliki bukti-bukti dan kesaksian yang dapat menghubungkan kelompok tersebut ke Hamas dan jaringan radikal lainnya.
4. Yusuf Islam (Cat Steven)

Yusuf Islam (Cat Stevens) lahir dengan nama Stephen Demetre Georgiou, London, 21 Juli 1948, dan sekarang bernama dikenal sebagai seorang penyanyi dan penulis lagu dari Britania Raya.
Pada awal karir musiknya, Georgiou mengambil nama Cat Stevens. Sebagai Cat Stevens, ia berhasil menjual 40 juta album, kebanyakan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Lagu-lagunya yang paling populer termasuk “Morning Has Broken”, “Peace Train”, “Moonshadow”, “Wild World”, “Father and Son”, “Matthew and Son”, dan “Oh Very Young”.
Cat Stevens menjadi seorang mualaf dan memeluk agama Islam pada tahun 1978 setelah mengalami near-death experience (pengalaman mendekati kematian). Ia lalu mengambil nama Yusuf Islam dan menjadi seorang pendakwah vokal agamanya yang baru. Satu dasawarsa kemudian ada kontroversi ketika ia melontarkan pernyataan mendukung fatwa yang dikeluarkan menentang penulis Salman Rushdie, dan pada tahun 2004 namanya kembali dibicarakan lagi setelah ia ditolak masuk Amerika Serikat karena nama ditemukan pada sebuah daftar tidak boleh terbang (no-fly list). Ternyata terjadi kekeliruan dan yang dicari adalah orang lain bernama Youssouf Islam.
Yusuf Islam sekarang tinggal di London bersama istri dan lima anaknya di mana ia seorang anggota jamaah yang aktif. Ia mendirikan yayasan kemanusiaan Small Kindness yang mulanya menolong korban kelaparan di Afrika dan sekarang membantu ribuan anak yatim dan keluarga di Balkan, Indonesia, dan Irak.
5. Muhammad Ali (Cassius Marcellus Clay, Jr.)





Muhammad Ali terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr,. Ia adalah mantan seorang petinju professional yang di juluki sebagai “Phantom Punch” karena memiliki kecepatan pukulan yang luar biasa. Dan ia merupakan petinju pertama yang merebut gelar juara kelas berat sebanyak 3 kali dan masuk dalam daftar 10 Petinju terbaik sepanjang masa.
Pada 25 Februari 1964 Ali berhasil merebut gelar Juara Dunia Pertamanya dari Sonny Liston di Florida, Amerika Serikat dan tak lama setelah pertandingan tersebut ia mengumumkan nama dan agama barunya kepada publik dan menyatakan telah bergabung dalam kelompok Nation of Islam yang merupakan organisasi kontroversial di Amerika Serikat.
Dan pada tahun 1975 ia keluar dari NOA dan secara resmi mengumumkan dirinya masuk ke Islam Sunni. Selama memeluk agama islam, Ali menerima banyak cobaan dan ia telah menjadi objek penindasan bagi pers di Amerika Serikat.Namun hal itu malah membuat ia bertambah kuat dan mulai membuat banyak orang menyadari betapa kuat pengaruh islam terhadap pribadi seseorang.

Nah, itulah beberapa Mualaf yang paling berpengaruh di dunia, semoga bisa menambah wawasan anda.
(Sumber: rakjat-djelata.blogspot.my)
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==